Beberapa hari yang lalu resesi ekonomi menjadi perbincangan yang hangat di Indonesia, bahkan sampai trending di twitter dengan hashtag...

Indonesia Tergelincir Di Jurang Resesi, Mampukah Bangkit Kembali?




    Beberapa hari yang lalu resesi ekonomi menjadi perbincangan yang hangat di Indonesia, bahkan sampai trending di twitter dengan hashtag #WaspadaResesiEkonomi. Resesi ekonomi menjadi hantu menyeramkan bagi seluruh negara dunia termasuk Indonesia. Oleh karena itu, topik ini menjadi perbincangan masyarakat karena Indonesia termasuk dalam daftar negara yang berisiko mengalami resesi. Berdasarkan hasil survei Bloomberg, Indonesia masuk dalam 15 negara yang berisiko mengalami resesi. Dalam daftar tersebut, Indonesia berada di peringkat ke-15. 

Sebenarnya Apa Sih Resesi Ekonomi Itu?

Resesi ekonomi diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu stagnan dan lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Resesi ekonomi bisa memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran, hingga kebangkrutan ekonomi. Resesi Indonesia pernah terjadi di tahun 1998.

Apa Penyebab Indonesia Terkena Resesi Ekonomi?

Kondisi perekonomian yang ada di Indonesia tidak dapat dipungkiri bahwa kemungkinan terjadi resesi akan selalu ada. Berikut ini beberapa indikator kondisi di Indonesia yang mengakibatkan resesi:

a. Nilai impor lebih besar daripada nilai ekspor

b. Harga barang komoditas semakin melonjak tinggi

c. Biaya listrik, bahan bakar, dan pajak lain meningkat

d. Tingkat daya beli masyarakat semakin menurun

e. Tingkat pengangguran semakin tinggi

Siapa Saja Negara Yang Termasuk Daftar Negara Berisiko Resensi?

Berdasarkan survei yang dilakukan Bloomberg negara yang berpotensi terkena resesi antara lain: peringkat pertama menempati posisi pertama negara dengan presentase 85 %, Selanjutnya ada New Zealand 33 persen, Korea Selatan dan Jepang 25 persen. Kemudian diikuti China, Hongkong, Australia, Taiwan, dan Pakistan 20 persen. Malaysia 13 persen, Vietnam dan Thailand 10 persen, Filipina 8 persen, Indonesia 3 persen, dan India 0 persen. 

Bagaimana Tanggapan Menteri Keuangan Terhadap Kasus Ini?

Mentri Keuangan Sri Mulyani mengungkap adanya potensi resesi yang mengintai Indonesia. Meskipun menyebut risiko resesi yang dihadapi Indonesia terbilang rendah yakni 3%. Angka tersebut merupakan hasil survei dari Bloomberg. Dikutip dari detikFinance Kamis (14/7/2022), Sri Mulyani mengatakan “Survei yang dilakukan Bloomberg ada negara yang risiko resesinya bisa mencapai di atas 70%. Nah tadi ditanyakan Indonesia ada di ujung bawah tapi tetap ditanyain gitu. Kita (Indonesia) relatif dalam situasi yang tadi disebutkan risikonya 3%”. Menanggapi survei tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan dibandingkan dengan negara-negara lain dalam daftar itu, Indonesia memiliki indikator ekonomi yang lebih baik. "Indikator neraca pembayaran kita, APBN kita, ketahanan dari GDP (produk domestik bruto), dan juga dari sisi korporasi maupun dari rumah tangga, serta monetary policy kita relatif dalam situasi yang tadi disebutkan risikonya 3%, dibandingkan negara lain yang potensi untuk bisa mengalami resesi jauh di atas, yaitu di atas 70%," jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers di Bali, Rabu (13/07/2022). Meskipun demikian, Indonesia harus tetap waspada terhadap potensi resesi yang masih dapat terjadi. 

Perekonomian di Indonesia masih tumbuh di sekitar level 5%. APBN hingga akhir semester I-2022 juga masih surplus Rp 73,6 triliun atau 0,39% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Transaksi berjalan dimungkinkan juga tetap melanjutkan tren surplus meskipun mulai menipis. Kekhawatiran banyak pihak memang ada di inflasi. Inflasi pada Juni 2022 tercatat 0,61% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Inflasi tahun kalender adalah 3,19%. Secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi Juni 2022 berada di 4,35%. Lebih tinggi dibandingkan Mei 2022 yang 3,55% sekaligus jadi yang tertinggi sejak Juni 2017. Sementara itu, inflasi inti mencapai 2,63% dan harga yang diatur pemerintah 5,33% serta yang bergejolak 10,3%. Dibandingkan banyak negara, inflasi yang terjadi di Indonesia cenderung rendah. Sebab pemerintah mampu menahan kenaikan harga energi lewat subsidi sebesar Rp 520 triliun. Sehingga masyarakat tidak merasakan beban berat seperti yang dialami negara lain.

Apa Dampak Resesi Ekonomi Bagi Indonesia?

    Jika negara maju terkena resesi ekonomi, maka di Indonesia diperkirakan bisa terkena imbasnya yakni berupa perlambatan ekonomi. Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut, resesi di sejumlah negara maju tersebut akan mendorong volatilitas di pasar keuangan, serta perlambatan ekonomi domestik. Penurunan  ekonomi menyebabkan permintaan atas ekspor Indonesia menurun. Dikutip dari Katadata.co.id Kamis (7/07/2022), Josua mengatakan “Penurunan ekspor kemudian berdampak pada penurunan neraca perdagangan Indonesia, sehingga transaksi berjalan juga berpotensi mengalami penurunan”. Dari dampak penurunan kinerja itu akan berpengaruh terhadap pertumbuhan produk dosmetik bruto (PDB) nasional. Namun, menurut Josua juga penurunan pada ekspor dinilai tidak akan signifikan pengaruhi ekonomi. Alasannya, karena proporsi ekspor impor dalam PDB Indonesia tidak sebesar konsumsi rumah tangga dan investasi yang mencapai lebih dari tiga perempat.

Dengan dampak yang sudah terasa, bagaimana kita menyikapi hal tersebut sebagai Agent of Change? 


Referensi :

https://koinworks.com/blog/indikator-resesi-ekonomi/

https://katadata.co.id/lavinda/finansial/62c6bc4518c7a/dunia-dilanda-resesi-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-terancam-melambat

https://www.bbc.com/indonesia/dunia-62161110.amp?s=09

https://www.cnbcindonesia.com/news/20220714082709-4-355492/terbaru-sri-mulyani-blak-blakan-kemungkinan-ri-kena-resesi?s=09

https://www.cnbcindonesia.com/investment/20220715154451-21-356013/apa-itu-resesi-ekonomi-pengertian-penyebab-dampaknya


0 comments: