Apa itu KRI Nanggala
KRI Nanggala 402, juga dikenal sebagai Nanggala II, merupakan kapal selam kedua dalam jenis kapal selam kelas Cakra. KRI Nanggala berada di bawah kendali Satuan Kapal Selam Komando Armada RI Kawasan Timur. Kapal ini merupakan kapal kedua yang menyandang nama Nanggala dalam jajaran TNI AL dan termasuk dalam armada pemukul TNI Angkatan Laut. Nama Nanggala berasal dari nama senjata milik Prabu Baladewa dalam cerita pewayangan.
Dijelaskan bahwa kapal tua buatan industri Howaldtswerke, Kiel, Jerman itu memiliki usia kurang lebih 40 tahun. Pada tahun 80-an kapal tersebut didesain hanya dapat menyelam pada kedalaman 300 meter. Namun seiring bertambahnya usia kapal, kini ia memprediksi hanya kuat pada kedalaman 200 meter saja. Kapal tersebut dibuat oleh pabrikan Howaldtswerke, Kiel, Jerman tahun 1979 tipe U-209/1300 dan memiliki berat 1.395 ton, dimensi 59,5 meter x 6,3 meter x 5,5 meter.
Kecepatan kapal selam ini pun tak diragukan. Kapal KRI Nanggala-402 diketahui dapat melaju dengan kecepatan lebih kurang 25 knot. Hal itu dikarenakan kapal selam ini mengandalkan mesin diesel elektrik. Setelah overhaul, KRI Nanggala-402 telah dilengkapi sonar teknologi terkini dengan persenjataan mutakhir di antaranya torpedo dan persenjataan lain. Sebelumnya, kapal ini sempat menjalani perawatan di galangan kapal Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering, Korea Selatan pada 2009-2012.
Keadaan KRI Nanggala 402 saat ini
Kapal selam KRI Nanggala 402 yang tenggelam di perairan Bali kini sedang berusaha dicari keberadaannya. Banyak bantuan diberikan negara lain termasuk Singapura dengan menggunakan teknologi Remotely Operated Vehicle atau disingkat ROV. Teknologi ROV dari Singapura bisa mendeteksi keberadaan kapal tenggelam sampai lebih dari 800 meter. Setelah proses pencarian akhirnya teknologi ROV berhasil menemukan lokasi tenggelamnya KRI Nanggala 402 di kedalaman 838 meter dengan kondisi terpecah menjadi 3 bagian. Kapal Selam KRI Nanggala 402 secara resmi dinyatakan subsunk atau tenggelam pada Sabtu, 24 April 2021 setelah sebelumnya dinyatakan hilang kontak saat melaksanakan misi latihan penembakan torpedo di perairan utara Pulau Bali pada Rabu, 21 April 2021.
Terdeteksinya KRI Nanggala 402 oleh ROV juga menegaskan bahwa 53 awak kapal dinyatakan dalam keadaan on eternal patrol atau patroli selamanya. Sebelum hilang kontak, posisi terakhir KRI Nanggala-402 berada di 50 mil atau 95 kilometer utara Pulau Bali. Berikut kronologi waktu hilangnya Kapal Selam KRI Nanggala-402 di perairan utara Bali.
Kejanggalan kejadian hilangnya KRI Nanggala 402
Ada hal yang janggal dalam kejadian ini. Aktivis Pro Demokrasi (ProDem), yakni Nicho Silalahi, menanggapi informasi KRI Nanggala 402 yang disebut sempat mengirim sinyal perang tempur sebelum tenggelam. Menurutnya, hal tersebut sangat janggal hingga ia berpikiran liar apakah KRI 402 memergoki kapal selam lain, yang mana artinya mereka tak tenggelam by accident, tapi memang sengaja ditenggelamkan. Seperti diketahui, sebelumnya Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Yudo Margono, menyampaikan bahwa KRI Nanggala-402 sempat mengirimkan sinyal atau isyarat perang tempur sebelum masuk ke dalam permukaan laut dan akhirnya tenggelam.
Pernyataan tersebut ia sampaikan sebagai dugaan bahwa kapal selam KRI Nanggala-402 tidak mengalami blackout (mati listrik). Artinya, sistem kelistrikan dari kapal selam KRI Nanggala-402 masih berfungsi alias menyala. Berbagai dugaan penyebab telah dilontarkan atas insiden ini, mulai dari serangan kapal asing hingga hingga perubahan sistem senjata torpedo. Terkait hal tersebut, salah satu media asing asal Korea Selatan yakni Hankook Ilbo membeberkan sejumlah fakta terkait penyebab tenggelamnya KRI Nanggala-402.
Dalam salah satu artikelnya, media asing tersebut meragukan bahwa kapal selam Angkatan Laut Indonesia buatan Jerman yang telah berusia tua, dirawat dengan baik dan dimobilisasi untuk pelatihan peluncuran torpedo. Bahkan kapal selam tersebut diketahui tidak pernah menjalani pelatihan kapal selam selama tiga tahun dan juga peluang kelangsungan hidup para penghuninya, yakni yang dimaksud adalah awak kapal, sangat rendah. Media tersebut juga menulis bahwa pelatihan yang dilakukan pada hari tenggelamnya kapal tersebut, merupakan pelatihan simulasi untuk memeriksa fungsi sebelum peluncuran torpedo keesokan harinya. 53 orang yang berada dalam kapal tersebut, disebutkan juga melebihi dari kapasitas sebenarnya yang hanya mampu menampung 34 orang. Media Hankook Ilbo juga menulis bahwa beberapa pihak percaya bahwa niat politik didukung oleh pelatihan non-reguler ini. Pasalnya, belum jelas mengapa pelatihan meluncurkan torpedo dengan kapal selam Jerman lama belum masuk, dengan torpedo memasuki kapal selam dari Korea Selatan yang baru.
Berkaitan dengan pemberitaan media Korea Selatan Hankook ilbo yang mengatakan kapal selam Nanggala-402 tidak pernah latihan selama lebih kurang 3 tahun, pihak TNI Angkatan Laut menyatakan isi berita tersebut tidak sesuai dengan fakta. Kenyataan sebenarnya selama 3 tahun terakhir kapal KRI Nanggala-402 termasuk kapal perang yang aktif melaksankan Latihan dan operasi, Selama kurun 2018 sampai dengan saat ini, KRI Nanggala-402 tercatat sudah melaksankan sekitar Sembilan kali Latihan dan operasi. Dilansir dari liputan6.com. Sehingga apa yang diberitakan media Korea Selatan tersebut diatas tidak benar, Dinas Penerangan Angkatan Laut menegaskan.
Di sisi lain, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono menegaskan, kondisi Kapal Selam KRI Nanggala-402 sangat prima. Jadi, KRI Nanggala ini dalam kondisi siap tempur, sehingga dikirim dan dilibatkan untuk latihan penembakan torpedo kepala latihan maupun kepala perang
Penyebab terjadinya
Pakar Kapal Selam dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya Wisnu Wardhana menjelaskan 3 faktor penyebab tenggelamnya KRI Nanggala 402 milik TNI AL sedalam 850 meter di perairan Bali. Ketiga faktor itu adalah tidak berfungsinya Air Ballast yang dapat mengatur ketinggian penyelaman kapal, tidak berfungsinya hydroplane atau sayap di badan kapal, rusaknya Pressure Hull yang membuat kapal tersebut akhirnya hancur karena besarnya tekanan air.
Selain itu, TNI Angkatan Laut menduga KRI Nanggala 402 karam akibat terseret arus bawah laut yang kuat. Hal itu disebut diperkuat oleh hasil pantauan citra satelit Jepang. Deijelaskan bahwa arus bawah laut di satu tempat dengan tempat yang lain berbeda bergantung pada kondisi cuaca dan alam di wilayah tersebut.
Daftar Pustaka
0 comments: